Loading ...

Cerdas Hadapi Disrupsi! UIN Jusila Bekali Mahasiswa Strategi Bertahan di Dunia Kerja Berbasis AI

Metro – Menghadapi tantangan global dunia kerja di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Universitas Islam Negeri (UIN) Jurai Siwo Lampung mengadakan kegiatan pembekalan karier bertema “Peluang dan Tantangan Dunia Kerja di Era AI: Strategi Menyongsong Wageless Society” pada Senin, 28 Juli 2025, bertempat di Gedung Academic Center (GAC). Kegiatan ini diikuti antusias oleh lebih dari 400 mahasiswa dari jenjang sarjana dan pascasarjana lintas fakultas.

Rektor UIN Jusila, Prof. Dr. Ida Umami, M.Pd., Kons., secara resmi membuka kegiatan ini. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya kesiapan generasi muda menghadapi disrupsi dunia kerja akibat transformasi teknologi, khususnya AI. Beliau juga mengingatkan bahwa kesuksesan lulusan tidak hanya ditentukan oleh ijazah, tetapi juga oleh karakter, kompetensi, dan kemampuan beradaptasi.

Prof. Ida turut menyinggung adanya perubahan mekanisme yudisium sebagai bentuk penyesuaian terhadap kebijakan efisiensi pemerintah. Meski demikian, ia menekankan bahwa nilai-nilai akademik dan kekhidmatan dalam prosesi kelulusan tetap dijaga.

Materi utama disampaikan oleh Suhendi, M.Pd., Kepala Pusat Pengembangan Karier dan Bisnis UIN Jusila. Dengan dimoderatori oleh Ghulam Murtadhlo, M.Pd.I, forum ini menjadi ruang diskusi penting bagi mahasiswa dalam memahami realitas baru dunia kerja yang semakin terdampak oleh teknologi pintar.

Suhendi menguraikan bahwa kehadiran AI telah merombak struktur pekerjaan dan cara kerja di berbagai sektor. Ia mengutip laporan dari Microsoft dan prediksi Bill Gates mengenai potensi penggantian pekerjaan oleh AI dalam satu dekade ke depan. Di sisi lain, AI juga membuka peluang profesi baru yang mengandalkan kreativitas, analisis, dan inovasi manusia.

“Pertanyaan penting hari ini bukan apakah AI akan menggantikan pekerjaan, tapi bagaimana kita bisa tumbuh bersama teknologi tersebut,” ujar Suhendi. Ia juga mengutip pernyataan CEO Nvidia, Jensen Huang, bahwa AI dapat menjadi sarana demokratisasi teknologi yang luar biasa—membuka akses luas bagi siapa pun untuk berinovasi.

Suhendi kemudian memaparkan lima strategi utama untuk mempersiapkan diri menghadapi era AI: relearning atau keberanian untuk belajar ulang, pembangunan portofolio digital, kolaborasi lintas disiplin, penguasaan dasar literasi AI, dan penanaman nilai-nilai profetik sebagai landasan etis.

Diskusi berjalan aktif dan interaktif. Mahasiswa turut mengangkat berbagai isu, mulai dari hilangnya pekerjaan lama hingga munculnya profesi baru. Megah Endah Fadillah, mahasiswa FTIK, bertanya tentang bagaimana menyikapi perubahan ini. Suhendi menekankan pentingnya pengembangan keterampilan berpikir kritis, menulis, dan komunikasi publik sebagai modal utama.

Mahasiswa lain, Tomy, menyoroti manfaat AI dalam meningkatkan efisiensi kerja. Suhendi menjawab bahwa kemampuan menggunakan AI secara bijak akan menjadi keunggulan tersendiri di pasar kerja masa depan.

Ahmad Arda Amanda dari Fakultas Syariah mengangkat kekhawatiran soal peningkatan pengangguran. Menanggapi itu, Suhendi menjelaskan bahwa UIN Jusila telah melakukan penyesuaian kurikulum berbasis teknologi dan memperkuat layanan pengembangan karier melalui pelatihan, program inkubasi bisnis, hingga kerja sama magang dengan sektor industri.

Moderator forum, Ghulam Murtadhlo, menutup diskusi dengan pesan mendalam: “Kemajuan teknologi harus seimbang dengan kematangan nilai dan spiritualitas. Kita memerlukan lulusan yang tangguh secara kompetensi dan etika.”

Mengakhiri sesi, Suhendi memberikan catatan penting: “Era AI tidak bisa dihindari. Yang harus kita lakukan adalah menjadi bagian dari perubahan itu dengan kesiapan dan semangat belajar yang terus menyala.”

Kegiatan ini menjadi langkah konkret UIN Jusila dalam membekali mahasiswa agar mampu bersaing dan berkontribusi secara positif di dunia kerja yang semakin kompleks dan digital. Para peserta menyampaikan apresiasi tinggi dan berharap forum sejenis dapat terus dikembangkan secara berkelanjutan.